30 Jun 2014

Selamat Tinggal Juni



Juni, kali ini aku tak hendak menahanmu untuk pergi. Aku tak mampu melawan laju waktu. Peristiwa demi peristiwa rasanya baru saja kemarin terlewati. Dan kini aku harus merelakan bahwa semuanya memang harus berlalu. Aku sadar dan terima akan hal itu. 

Banyak kejadian dan cerita yang terselip di setiap harimu. Entahlah, aku merasa begitu istimewa ketika kau datang kembali. Sekali dalam setahun aku menunggumu untuk menyapaku. Dan sekali lagi kita berbincang hangat pada suatu hari di sore itu. Meresapi makna cinta yang tersimpan di setiap rintik hujan. Menyibak cerita yang hilang dari masa silam. Menelusuri mimpi masa depan yang tak bertepi.

**
Seperti biasa, kau membawa cerita yang berbeda. Kali ini aku lebih bergairah mendengar cerita-ceritamu. Ada maksud yang hendak kau utarakan tetapi kau tahan. Semuanya bisa tergambar dari manis senyummu yang belum sempat aku terjemahkan. Lalu tiba-tiba aku tersadar, bahwa kau sungguh terlalu sayang untuk kembali dilewatkan.

Drama kau buka ketika aku kembali pulang. Ada yang terasa canggung ketika aku berjumpa kembali dengannya. Bukan hanya tentang perasaan lama yang masih sama, tetapi juga akan hal-hal gila yang mengalir secara tiba-tiba ketika aku dan dia melewatkan waktu bersama. Kegilaan yang mungkin akan terkenang selamanya.

Kisah petualangan berjalan tatkala ganasnya rimba kembali menggoda. Menyimak kerasnya kehidupan para penambang belerang membuatku merasa iba. Mereka mengajarkan bagaimana seharusnya bersyukur atas hidup yang kita punya. Aku melihat kebesaran Tuhan yang tersembunyi di balik keindahan ciptaan-Nya. Aku melihat kematian yang sekejap menghapus keceriaan dan menuntun duka kepada yang ditinggalkan. 

Aku melihat hidup. Aku kembali merasakan cinta.

**
Juni, sekali lagi aku tak menahanmu untuk pergi. Hanya berharap, semoga tahun depan kau akan datang dan menyapaku lagi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar