24 Okt 2014

pamit


tak peduli kesalahan macam apa yang telah seseorang lakukan kepada kita. kita selalu punya alasan untuk memaafkan mereka.
yang membuat kita menjadi manusia seutuhnya adalah kerendahan dan kebesaran hati.
dalam kondisi seburuk apapun yang kini sedang kau jalani dengan seseorang, cobalah kembali membuka kenangan-kenangan baik yang pernah terjadi.

sukoharjo, 24 oktober

23 Okt 2014

pasangan yang baik

"pasangan yang baik itu bukan yang paling mencintai anda tapi yang paling mengerti anda. bagaimana menurutmu?"

-19 juli

16 Okt 2014

kesan


mereka yang pernah dekat dan mesra pernah berucap. 

|petualang, raja galau, puitis, tanggung jawab, cuek, baik|
|kritis, puitis, berpengetahuan luas, petualang; terlalu melankolis, galau-galau-galau, move on ziz, suka lepas tanggung jawab|
|galau ne ga ketulungan. kalau udah mesum parah lah, semuanya -perkataan dan perbuatan mesum. good traveller|
|stop pesimis dan galau, bro! bagi tips travelling!"
|jangan galau. tatapan matanya lembut banget. lembut atau gak yaa? baik. niat kalau buat tugas (kata orang sih gitu). petualang tapi takut naik wahana. semangat, ziz!|
|galau. petualang. kata bijak master. eman karo kanca. headset gede banget. kosan mantap|
|katanya petualang, berani dikit kek di dufan. joss lah, perjalananmu ziz. salute..|
|suka mempublikasikan kegalauan di kelas. semangat bung!|
|traveller sejati. otak selangkangan. jablay|
|galau, gak jelas, petualang, pemarah|
|gaul. gila bola. baik. supel|
|egois. koplak. sok puitis. bolang abis. kalau ada kesempatan, ayok ngeteng bareng lagi|
|puitis. pinter. setia kawan (kayaknya). royal (kayaknya). raja galau, sering oot. jangan terlalu sering ngegalau yaa, sekarang udah hampir gak pernah. oh ya, kalau ngobrol perhatiin topi. jatuhnya jadi oot. periksa wmp sebelum minjemin laptop ya|
|mr galau. jangan takut naik wahana. coba out of the box deh sekali-kali|
|petualang yang emosian. santai bro, gak usah tegang terus. gak usah emosi terus|
|galaunya asek. kata-katanya maknyos. gokil. easy going. asik dan rame. tanggung jawab. keep movin bro|
|kadang-kadang kelihatan sinis gitu. suka galau ya. tapi orangnya mau belajar|
|baik. enak diajak bercanda|
|jejak petualang. punya warna sendiri|
|baik. terlalu nyantai. blak-blakan. rada mesum. moody. sering galau. asyik diajak ngobrol. bisa diajak bercanda. traveller. suka dadakan hedon. kooperatif. setia kawan|
|senang menjelajah, baik tempat maupun hati wanita. tampan kata-katanya. teruskan! wanita seringkali mendengar|
|baik|
|galau-galau banget. playmaker 100%|
|agak pendiem tapi habis diajak ngomong banyak wawasan. wawasan ngeresnya|
|sering galau. sering backpackeran. orangnya baik. suka bercanda. susah move an kayaknya. semangat ziz!|
|galau bae kowe ziz|
|hobi naik gunung tapi gak berani naik wahana|
|jalan terus bro|
|cupu. nggatheli. mesum utek'e. teman yang baik. asiklah. kowe mlaku-mlaku wae, duitmu ra entek-entek to? sukses dunia akhirat bro"|
|egois. ngerasa bener sendiri padahal gak pantes. banyak pengalaman tapi jangan jadi sombong ya|
|nih orang stay cool banget tapi sekalinya dalam posisi mellow mode on, hilang deh wibawanya. aziz kasih aja pisau tetep hidup lah dia meski dilempar ke hutan|
|kurangin ngomong masalah cinta ke orang lain, karena belum tentu menarik bagi mereka. semoga dream island terwujud tahun ini|
|galau dan suka pesimis. pinter dan kritis, tapi ya itu kadang suka pesimis aja. semoga boleh menemukan cinta yang yepat yah biar ga galau lagi, hohoho|
|cowok suka galau itu gak nikah-able. jangan galau mas-e! ayo berani naik wahana, katanya petualang|

selanjutnya, terserah kalian mau menilai seperti apa. 

Bintaro, March 2013

12 Okt 2014

Discover Lombok ( Part I: Jalan Panjang Menuju Lombok)


Sri tanjung pagi itu mengalami keterlambatan. Kami bersembilan -aku, andri, surya, ian, arya, machin, ndolo, ochim, dan dhimas mesthi menunggu dua jam lebih lama di peron stasiun. Kereta seharusnya sudah berangkat pukul 08.15. Akan tetapi, gangguan pada lokomotif yang terjadi selepas berangkat dari Jogja membuat kereta terhenti lama di Prambanan -setidaknya begitu yang diinformasikan oleh petugas stasiun.

Pukul 10.00 lewat, kereta berangkat. Kami bersembilan sudah ditunggu Abu di gerbong 5 yang berangkat dari Jogja. Perjalanan ini kami lakukan untuk mengisi waktu luang sekaligus merayakan keberhasilan kami setelah melakukan test kompetensi dasar guna penempatan instansi kementerian keuangan beberapa waktu yang lalu. Banyak cerita terjadi dalam kereta di perjalanan kali ini. Dan sepertinya, Ian terpilih sebagai lakon utamanya. Betapa tidak, kisah asmara dan sifat kleptonya terlalu sayang untuk dilewatkan sebagai bahan obrolan. Lebih detailnya, aku tak akan bercerita. Karena hal ini tentu saja akan sangat tidak manusiawi dan melanggar ranah privasi milik sahabat kami paling gantheng ini.

Hampir lewat tengah malam, kereta akhirnya tiba di Stasiun Banyuwangi Baru. Kami melangkah keluar menuju Pelabuhan Ketapang yang tak jauh keberadaanya dari pintu stasiun. Setelah makan malam dan repacking, kami membeli tiket dan menyeberang ke Pulau Bali. Perjalanan ke timur masih akan jauh berlangsung.

Penyeberangan mengarungi Selat Bali hanya butuh waktu satu jam. Setibanya di Pelabuhan Gilimanuk kami istirahat sebentar. Seturunnya dari kapal, aku mengajak ngobrol petugas pelabuhan perihal akses dan moda transportasi yang bisa digunakan untuk menuju Padangbay. Sayangnya, bus umum terakhir yang langsung menuju ke Padangbay sudah berangkat semenjak pukul 02.00 dinihari. 

Kami pun memutuskan untuk mencater bus menuju Padangbay karena tak ada alternatif lain. Kebetulan sekali, kami bertemu dengan serombongan mahasiswa dari Jogja yang sama-sama ingin mendaki Rinjani. Jadilah kami berbarengan mencater bus agar dapat sharing-cost

Aroma udara pagi ranah dewata lembut membelai. Bus tua  yang kami tumpangi ini melaju cukup kencang. Setidaknya, aku merasa nyaman dan cukup dimanjakan oleh pemandangan yang ada di sepanjang jalan. Akan tetapi, ditengah-tengah jalan, bus ini tiba-tiba saja memutuskan untuk menaikkan penumpang. Kondisi ini tentu saja membuat kami mulai merasa tidak nyaman. Apalagi ada penumpang yang membawa ayam hidup ke dalam bus. 

Perjalanan lima jam terasa seperti tak kunjung usai. Di saat yang sama, aku harus menahan kencing. Jalan-jalan yang terlewati sesekali menarik kenanganku ke belakang. Membawaku kembali kepada waktu-waktu yang dulu pernah membawaku ke sini. Dan sepertinya semua seolah berlalu begitu cepatnya. 

Perjalanan dengan bus tua ini akhirnya usai juga setelah kami tiba di Padangbay. Di sini, kami memutuskan untuk istirahat sejenak, mencuci muka, dan sarapan di salah satu warung yang kami temui sebelum melanjutkan kembali perjalanan.

**

Kapal fery yang menghubungkan Padangbay ke Lembar ternyata sedikit di luar perkiraanku. Kapal ini tergolong nyaman serta fasilitasnya cukup memanjakan para penumpangnya. Dengan harga tiket hanya “gocap”, perjalanan menyeberangi Selat Lombok yang memerlukan waktu hampir empat jam seperti tidak terasa. Kapal ini jauh lebih bagus dari kapal-kapal lintas pulau yang aku jumpai di Selat Bali bahkan di Selat Sunda sekalipun. Bisa dibilang, ini merupakan kapal fery terbagus yang pernah aku gunakan.

Kapal ini punya ruang eksekutif dengan kursi berupa sofa. Penumpang tak perlu upgrade tempat dan membayar lagi untuk bisa menikmati fasilitas - ini berbeda sekali dengan kapal fery Merak - Bakaheuni. Sambil melepas lelah, di ruang ini juga menampilkan hiburan berupa movie dan musik yang bisa dibilang anti mainstream (mainstream = dangdut koplo). Di deck atas, terdapat ruang tidur dan mushola. Hampir separuh waktu di kapal ini, beberapa dari kami - termasuk aku, memutuskan tidur di deck atas. Toilet di kapal ini juga bersih. Selain itu, tak ada pedagang asongan yang lalu lalang. Para pedagang asongan hanya diperbolehkan berjualan sebelum kapal berangkat dari dermaga. Salah satu yang menjadi nilai minusnya, kapal ini tak disediakan colokan listrik. Padahal hampir semua smartphone milik kami sudah sekarat.

Setibanya di Lembar dan menginjakan kaki di Pulau Lombok, kami langsung mencari carteran yang akan membawa kami ke Kota Mataram. Tak banyak angkutan umum yang tersedia di sini. Satu-satunya angkutan umum yang ada hanyalah engkel (semacam angkot). Itu pun sudah tak beroperasi jika lewat pukul 15.00. Karena kami tak sudi repot, jadilah kami memutuskan untuk mencarter mobil.

Tujuan kami ke Mataram kali ini adalah singgah di rumahnya Manda. Oke, akan aku perkenalkan. Manda adalah teman sekelasnya Ochim. Dari kami bersepuluh, tak ada yang pernah mengenal dia sebelumnya, kecuali Ochim tentu saja. Harus diakui kalau aku agak sedikit sungkan mesthi menumpang di rumah seseorang - perempuan lagi. Sebenarnya ini tak masalah jika dilakukan oleh dua atau tiga orang saja, masalahnya ini adalah sepuluh orang cowok yang tidak mengenal istilah basa-basi. Tak ada pilihan lain, mau bagaimana lagi.

Sore hari sebelum senja, mobil carteran itu mengantarkan kami tepat di depan rumahnya Manda yang berlokasi di Jalan Udayana. Setibanya di rumah ini, kami langsung disambut hangat dan diberi cemilan berupa aneka snack serta minuman. Di rumah ini, keluarganya Manda merelakan seluruh lantai dua rumahnya untuk kami. Dan di rumah ini pula kami beristirahat, tidur, mandi, serta “numpang makan". Kebaikan keluarga ini sungguh akan selalu terkenang di hati  kami. Berharap semoga Tuhan membalas semua kebaikan keluarga ini.

Perjalanan yang menjadi misi utama kami akan berlanjut esok hari. Rinjani, kami segera datang.

September 20-21, 2014

to be continued.....

10 Okt 2014

ironis


atas nama cinta kau dulu meninggalkannya. padahal kau sudah berjuang hampir setengah putus asa untuk mendapatkannya, sebelum akhirnya Tuhan memberimu amanah, lalu kau menyia-nyiakannya.

atas nama cinta kau kini setengah mati ingin kembali ke sana. lewat sujud tengah malam kau meminta pada Tuhan, berharap takdir dapat membawamu kembali ke sana.

barangkali kota itu sudah membuatnya gila, sebab telah menelan mimpi-mimpinya. dan kini menggodanya kembali untuk sebuah mimpi yang tertunda.

skh, okt 14