14 Sep 2014

14 September 2014


Lagu Blackbird terputar di playlist music. Lelaki itu, terbangun tiba-tiba dari tidur siangnya begitu mendengar alunan bridge dalam liriknya. Sementara langit di luar mendung, siang hari. 

Semenjak remaja, lelaki itu sudah terbiasa memutar beberapa lagu untuk menjadi teman pengantar tidur. Sampai ia tertidur, lagu-lagu itu masih berputar mengisi udara di ruang-ruang kosong dalam kamarnya. Dan biasanya lagu-lagu itu sudah berhenti berputar ketika lelaki itu terbangun. Selalu begitu.

Siang itu memang sedikit berbeda. Musim panas yang biasanya memancarkan terik di tengah harinya, kali ini tersaput mendung mega. Barangkali awan dan cuaca sedang mewakili apa yang terendap di jiwanya. Semesta rupanya telah bersekongkol memelankoliskan suasana.

Lelaki itu diliputi kegamangan tentang masa depan. Masa depan yang ingin sekali ia jelang dan lalui dengan perempuan yang dicintanya.

**
Ini tak lebih dari berbicara mengenai ketetapan takdir ataupun nasib anak manusia. Lelaki itu diliputi kekhawatiran yang menyelimuti batinnya. Tidak tahu bagaimana mengungkap perasaan dalam wujud kata untuk memantrai perempuannya agar ia tahu apa yang dirahasiakan oleh lelaki itu. Sebab waktu akan terus berlalu. Dan lelaki itu tahu, cepat atau lambat perpisahan adalah sesuatu yang pasti. Setidaknya sebelum itu terjadi, lelaki itu ingin mengatakan sesuatu yang belum tersampaikan dari segenap perjalanan yang telah mereka lalui berdua. Barangkali sesuatu itu diejawantahkan sebagai cinta.

Perjalanan waktu akan membuat lelaki itu meninggalkan kotanya, tempat di mana ia pertama kali bertemu dengan perempuannya. Di kota itu pula, segala kisahnya bersemi. Cerita mereka tersimpan lekat di jalanan dan bangunan tua kota itu yang menjadi saksi. Begitu pula dengan perempuan yang menjadi pujaannya, ia mesthi meninggalkan kota yang begitu banyak meninggalkan kenangan. Mereka tak tahu takdir akan membawa mereka berlabuh ke mana. Satu hal yang pasti, semua orang membutuhkan pulang dari jauh perjalanan yang mereka lakukan. Setidaknya lelaki itu ingin berujar, jika perempuan itu adalah rumahnya, perlabuhan yang ia tuju ketika pulang.

Kehilangan adalah sesuatu yang lelaki itu khawatirkan. Perasaan takut. Perempuan itu akan hilang dari dekapannya. Ia masih butuh waktu untuk meyakinkan perempuannya. Sedangkan perempuan, (terkadang) tak bisa menunggu waktu. Ingin sekali ia mewujudkan mimpi-mimpi perempuan yang telah dikenalnya sejak remaja itu. Dan sekali lagi, kebisuan dalam sekejap membekap mulutnya untuk mengucap yang tertunda.

**
Lelaki itu lantas duduk dan mengambil gitarnya. Dia bernyanyi. Begitulah ia menuangkan perasaan. Selalu begitu.
...........................................

"Ascend may you find no resistance. Know that you've made such a difference. All you leave behind will live to the end. The cycle of suffering goes on. But, memories of you stay strong. Someday I too will fly and find you again."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar