2 Agu 2012

Cerita dari Pangumbahan


             Pangumbahan merupakan salah satu deretan pantai yang berada di ujung selatan Sukabumi, Jawa Barat. Orang-orang mungkin lebih familiar dengan nama Ujung Genteng. Namun percayalah, sebenarnya hal ini adalah sebuah  kekeliruan. Pantai ini merupakan salah satu pantai favoritku dari beberapa  pantai yang pernah ku kunjungi. Pantai ini tergolong unik karena selain merupakan tipe pantai coral, di satu sisi juga merupakan pantai tipe berpasir. Pada tipe pantai coral, kita tidak bisa leluasa bermain ombak karena apabila tak hati-hati dan terjatuh hal itu sering membuahkan lecet di tubuh. Namun demikian, hal yang luar biasa dapat kita jumpai di tipe pantai berpasir. Kita bisa leluasa bermain ombak di sini. Ombak di sini cukup menantang, terutama buat para surfer. Beberapa bule bisa kita temui bermain surfing di sini. Meskipun begitu, pengunjung di pantai ini masih sangat sedikit. Minimnya infrastruktur mungkin menjadi penyebab pantai ini belum terlalu dikenal. Akan tetapi nilai plus lain dari tempat ini adalah kondisi pasirnya yang masih putih bersih. Tak heran pantai ini merupakan salah satu dari dua destinasi di Pulau Jawa yang menjadi tujuan bagi penyu untuk bertelur. Pemandangan sunsetnya juga menyiratkan keromantisan alam yang berpadu indah di salah satu sudut barat laut Pulau Jawa ini.

Suasana di Bus

           Perjalanan menuju Pantai Pangumbahan malam itu menyimpan cerita tersendiri. Untuk menjaga kesemarakan kami di perjalanan, aku bahkan rela membawa dua gitar yang akhirnya membawa kami tetap terjaga dalam hangatnya kebersamaan sampai jam 02.00 pagi. Ini belum termasuk 3 kresek kriuk yang menjadi santapan utama kami sepanjang perjalanan. Malam itu kondisi jalan memang sedikit agak macet, terutama ketika kami  mulai meninggalkan Bogor. Memasuki Sukabumi bagian selatan, kondisi jalan bertambah semakin ekstrim. Selepas dari Sukabumi kota, jalan menuju ujung selatan Jawa Barat ini semakin bertambah berkelak-kelok. Tubuh kami sering terhempas di atas jok kami berada akibat kondisi jalannya bergelombang dan sempit. Baru setelah sembilan jam berada di perjalanan, akhirnya  kami tiba juga di Pangumbahan.
          Pada awalnya kami sempat memilih Villa yang salah, yaitu yang berada di Batunungul. Karena pertimbangan view di Batunungul tidak begitu bagus akhirnya kami pindah lokasi yang berada di Pangumbahan. Perlu diketahui, bahwa rombongan yang membawa bus biasanya memilih lokasi Villa yang berada di Batunungul kemudian mereka bisanya melanjutkan perjalanan ke Pangumbahan dengan berjalan kaki selama hampir satu jam.
              Di Villa yang kami tempati, kami benar-benar disuguhi suasana pantai yang aduhai. Maklum, Villa ini berada tepat di bibir pantai. Dari lantai II Villa kami, deburan ombak dan kelincahan para surfer bisa diamati dengan jelas.
Suasana di Villa

         Setibanya di Villa, kami segera mengeluarkan barang-barang yang berada di bus. Baru setelah sarapan, kami akhirnya bisa mencumbui pantai sepuasanya dengan bermain ombak dan pasir. Suasana pada waktu itu benar-benar memanjakan kami. Cuaca begitu cerah. Terlebih lagi, pantai ini seolah menjadi milik kami sendiri karena tak ada pengunjung yang datang ke sini selain kami terkecuali hanya segelintir bule yang bisa dihitung dengan jari tengah bermain surfing.
  Satu hal yang sedikit menjadi halangan kami adalah bahwa hari itu adalah hari Jum’at. Kami yang muslim tentunya wajib menunaikan sholat jumat. Sholat jumat di Pangumbahan kali ini juga punya cerita sendiri. Dari Villa kami musti berjalan selama hampir satu jam untuk sampai di perkampungan dan menemukan masjid.  Kami serasa benar-benar seperti musafir yang melintasi padang pasir dan diterjang teriknya matahari. Ada yang berbeda dari jumatan di kampung yang memang 100% dihuni Orang Sunda ini. Bahasa yang digunakan dalam berceramah adalah bahasa Arab. Sebelum jumatan ada semacam sholawat dan beberapa informasi yang disampaikan dalam bahasa Sunda. Hal ini yang menjadi bahan perbincangan kami selama perjalanan menuju Villa kembali.
  Selepas games, kami kembali bermain di pantai. Beberapa ada yang bermain layang-layang yang memang sengaja di bawa dari kos. Beberapa ada yang merenung dan mengajak berdiskusi dengan ombak. Ada juga yang sibuk dengan kameranya. Aku sendiri memilih untuk bercengkerama dengan  gitarku. Sebelum akhirnya tergoda untuk bergabung bersama mereka.
Bermain layang-layang. cc: Ruli, Me, Ryan, Eko
  Pergi ke penangkaran penyu dan ikut melepaskan tukik ke laut juga menjadi agenda kami sore itu. Kebetulan penangkaran penyu ini tak jauh dari lokasi villa kami berada. Tinggal menyusuri bibir pantai ke arah barat selama setengah jam, maka disebelah kanan akan terlihat bangunan  tersembunyi di balik rimba pohon yang memang dikhususkan untuk konservasi penyu, terutama penyu hijau.
Lokasi Penangkaran Penyu

  Sore itu kami diberi satu ember berisi tukik yang masih imut-imut. Kami tak lupa mengabadikan momen pelepasan ini. Perlu diketahui, penyu hanya akan kembali ke pantai saat mereka akan bertelur. Dan di depan ada sebuah samudera tempat tukik-tukik ini mengarungi kehidupannya sebagai petualang ulung. Memang dari sekian banyak tukik ini, hanya beberapa yang akan kembali ke pantai ini. Oleh karenanya, beberapa teman ada yang terlihat jahil dengan tetap memegang tukik ini untuk enggan melepasnya. Yakh, walaupun belakangan ku ketahui bahwa mereka hanya ingin narsis difoto bersama tukik imut ini.

Saat melepas penyu

  Sunset di pantai ini merupakan sesuatu yang sangat terlalu sayang untuk dilewatkan. Kalau boleh dibilang, sunset di Pangumbahan terlihat lebih romantis dibandingkan dengan yang ada di Kuta. Hal ini yang membuatku bertahan cukup lama di sini hingga hari benar-benar gelap. Ku lihat beberapa kawan sedang asik berbincang dengan kekasihnya. Ada juga yang mencoba mengutarakan cinta. Aku sendiri jomblo yang ditinggal kekasih. Yakh, hidup memang agak terasa hampa jika tak punya kekasih.

Sunset, foto bersama

Beautiful sunset, Pangumbahan

  Malam harinya kami kembali ke Villa dan melakukan santap malam. Makan malam kami kali ini adalah ayam bakar yang sebelumnya dibuka dengan jagung bakar. Kami bawa sendiri segala bahan dan perlengkapan untuk membuat makanan ini. Acara kami pun berlanjut sampai  tidur mengistirahatkan kami jam 02.00 pagi.
  Sabtu pagi datang menjemput. Sebelum bergegas pulang, kami memuaskan diri sekali lagi untuk bermain deburan ombak yang menjadi saksi kehangatan dan kebersamaan kami.  Kami baru benar-benar checkout pukul 15.00  dan melanjutkan perjalanan ke Curug Cikaso.


Perahu yang membawa kami ke curug

  Curug Cikaso adalah salah satu air terjun yang ada di Sukabumi. Rugi rasanya kalau sudah menjelajahi pantai selatan Sukabumi  tanpa  mengunjungi Cikaso. Untuk sampai di curugnya, salah satu modal transportasi yang diperlukan adalah dengan menaiki perahu sewaan. Alternatif lain adalah berjalan kaki melewati area perbukitan dan persawahan mengingat lokasinya berada di ujung seberang sungai. Kami sendiri akhirnya lebih memilih naik perahu karena hari sudah hampir gelap.


Foto bersama di Curug Cikaso

  Tak lama kami berada di Cikaso, karena petugas tak mengizinkan kami berada di lokasi jika hari sudah gelap. Yakh, petugas di sini memang agak sedikit gathel. Sudah pasang tarif mahal, pengunjung juga dibebani pungli yang menyesatkan. Brengsek!
  Dari Cikaso kami langsung kembali ke Bintaro. Mungkin karena kecapekan, beberapa kawan ada yang mabuk sepanjang perjalanan pulang kali ini. Yakh, meski begitu perjalanan pulang terasa lebih cepat karena gak pakai macet. Tengah malam lewat 2 jam kami  sudah tiba di Bintaro. Untunglah semua selamat, meskipun ada salah seorang kawan yang kehilangan kacamata. Aku sendiri kehilangan cincin yang sudah lebih dari dua tahun ku kenakan darinya. Senang rasanya bisa mengajak kalian ke Pangumbahan meski pada awalnya sempat tertunda 3 kali. Semoga ada petualangan yang menyatukan kembali keberasamaan kita kawan.



Pangumabahan Beach

2 komentar:

  1. Oooh namanya Pangumbahan Ziz, kirain Ujung Genteng.

    Lucca Yoga

    BalasHapus
  2. Ujung genteng itu sebenarnya kawasan, ada namanya pantai ujung genteng.. tapi itu camp buat TNI

    BalasHapus