6 Agu 2010

Epilog

Untuk sekuntum bunga yang silih berganti dihinggapi kumbang jalang. 

Secara kasat mata tak ada yang berubah dari tempat ini. Ombak yang bergulung membuih. Pasir putih yang begitu lembut. Di lain sisi, dua ekor camar terbang di cakrawala. Tak ada yang berubah.
Kenyataannya mungkin berbeda, tak ada sesuatu yang benar-benar sama di dunia. Apalagi dalam dimensi waktu yang berbeda. Ombak yang setiap waktu datang menerjang
telah mengerosi tebing-tebing di sini. Pasir putih terasa lembut, tapi memberi kesan luka masa lalu. Dan dua ekor camar akhirnya hilang dalam balutan senja. Semua hanya masalah waktu. 

Di pantai ini, dulu kita bertemu. Aku memang tak pernah peduli pada semua itu. Jika ku ingat mungkin hanya terbayang tikaman cemburu masa lalu. Sekian waktu aku memendam rasa yang tak bisa ku ungkap, baru kemudian ku ungkap jika rasa itu sebenarnya sudah menguap seperti embun yang kita temui pagi itu atau sebagian hilang jatuh ke bumi. Dua puluh lima purnama sudah terarungi sebagai saksi atas sirnanya rasa itu. Hidup memang harus berganti. Tak ada yang abadi. Semua pudar seiring waktu yang berjalan lepas dari jam, hari dan bulan.
Angin membisik nurani untuk kembali. Aku tak bergeming dan melangkah pulang. Ombak menepi dan menghapus jejakku di pasir tadi.

Drini, 28072010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar