9 Agu 2014

Apa yang kau bisikan pada mimpiku tadi malam?


................................................................................................................................................

“Engkau terlambat!”, begitu katamu.
Begitu berat rasanya kau mengatakan. Aku melihat sendu sembab di matamu.
“Apa benar-benar sudah tidak ada jalan untuk kembali pulang?”, aku bertanya lirih.
Engkau terdiam, seperti tiba di persimpangan. Aku menyesalkan masa lalu yang kutinggalkan tanpa pesan.

Apa yang sebenarnya kau bisikan pada mimpiku tadi malam?
Apakah itu hanya sekedar mimpi atau lebih dari sebuah kenyataan?

Aku memang terlambat. Aku belum menjadi apa-apa. Lantas, kenapa dulu kau begitu berharap? Dan tiba-tiba secara begitu saja, kau mengambil sikap yang sebaliknya. Seseorang mendahuluiku mengetuk pintu rumahmu. Engkau serasa menjadi asing. Aku kamus akan hal itu. Apa benar perempuan tak bisa menunggu?

Tidakkah engkau ingin menemaniku dalam perjuangan? Kau juga sama-sama masih berjuang, bukan? Kita setidaknya bisa saling mengisi atau menyemangati. Sebuah kehormatan bagiku jika kau sudi dan setia menemani dalam perjuangan. Aku pun juga akan melakukan hal yang sama. Kita bisa saling mengisi dan menyemangati dalam setiap jengkal perjuangan yang kita lakukan. Kau ingin aku perjuangkan, bukan?

Apa yang kau bisikan pada mimpiku tadi malam?

Aku paham, lelaki berhak memilih. Dan aku juga mulai sadar, perempuan lah yang berhak untuk memutuskan.


Pagi. Agustus, 2014.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar