6 Okt 2013

Catatan Perjalanan ke Krakatau


Sejarah dunia mencatat, sebuah gunung di perairan Selat Sunda meletus pada tahun 1883. Letusan yang sampai saat ini masih menjadi legenda karena kedahsyatannya. Letusan tersebut mengakibatkan tsunami dan menelan tak kurang dari 36.000 jiwa. Tidak hanya itu, letusan ini juga berdampak pada perubahan iklim dunia. Sesaat setelah letusan ini, dunia digelapkan oleh abu vulkanisnya selama lebih dari dua hari.



Menurut Pak Chandra selaku penduduk lokal yang menjadi nahkoda dan guide kami selama di perjalanan ini, letusan Krakatau menyebabkan daratan dimana gunung tersebut dulu berdiri terbelah dan terpisah menjadi dua, yaitu Gunung Rakata yang tinggal setengahnya saja dan Pulau Panjang.  Dan di antara keduanya, pada tahun 1930 munculah Gunung Anak Krakatau. Gunung berapi ini punya satu keistimewaan dimana setiap tahun tingginya bertambah 4 cm dari permukaan laut. Sampai saat ini Anak Krakatau telah berumur 83 tahun dengan memiliki ketinggian 230 m.
                Perjalanan kami menuju anak Krakatau dimulai dari stasiun tanah abang. Kami serombongan terdiri atas 21 pria, tanpa wanita. Entahlah, sudah berapa kali perjalanan telah terlewatkan tanpa kehadiran seorang wanita. Rombongan kami terdiri atas 7 orang alumni STAN Bintaro, sisanya alumni STAN Bea Cukai. Seperti biasa, sebagai ketua rombongan, saya selalu tiba paling akhir di stasiun.


Meeting Points di Stasiun Tanahabang 
Dari stasiun tanah abang kami memesan tiket KA Ekonomi Krakatau. KA yang melayani rute Merak – Madiun PP ini tergolong sebagai kereta baru. PT KAI sendiri baru meluncurkan dan mengoperasikan kereta ini beberapa bulan yang lalu. Seumur-umur, inilah kereta ekonomi terbaik dan ternyaman yang pernah saya tumpangi.  Tempat duduknya yang masih tersegel rapi dengan formasi seat 2 -2. Tidak hanya itu kondisi pendingin udara (AC) masih sangat berfungsi dengan baik.


Suasana di dalam kereta
Tepat pukul 22.30 kereta berangkat menuju Stasiun Merak, kami serombongan berada di dalam satu gerbong yang malam itu benar-benar kami kuasai. Perjalanan selama kurang lebih tiga setengah jam kami isi dengan bermain kartu, narsis dan report perjalanan di depan kamera, serta canda tawa dibalik cerita. Meskipun ada juga yang sedari masuk ke dalam kereta langsung amblas tertelan mimpi, contohnya @princemelon dan @ian_nurseto.


Bermain bridge di dalam kereta
Setibanya di Stasiun Merak, kami langsung bergegas menuju kapal fery yang akan mengantar kami ke Bakauheuni. Letak stasiun dan pelabuhan begitu dekat, sehingga untuk menuju ke deck kapal kami cukup melewati jembatan penyeberangan. Di dalam kapal kami langsung upgrade ke ruang executive agar bisa leluasa beristirahat sambil menunggu kapal berlabuh.


Suasana di kapal fery yang menuju Bakauheuni
Estimasi penyeberangan yang semula kami rencanakan memerlukan waktu dua jam kali ini meleset. Sewaktu akan berlabuh, kapal kami ternyata harus menunggu giliran. Peristiwa semacam ini memang diluar kebiasaan atau bisa dibilang luar biasa. Baru pada pukul 06.00, kami akhirnya mendarat di Pulau Sumatera. Setelah belanja di Indomaret pelabuhan Bakauheuni, kami langsung bergegas menuju Dermaga Canti via Angkot yang kami carter.


Isa, Dinto, nDolo, Nopek

Dermaga Canti
Perjalanan ke Dermaga Canti dari Bakauheuni lumayan jauh. Kondisi jalanan yang naik turun membuat angkot kami sempat mogok di tanjakan. Penantian selama satu jam lebih akhirnya berujung pada sebuah dermaga kecil bernama Canti. Di sinilah perjalanan ke Krakatau benar-benar baru akan dimulai.
Hampir tiga jam kami terombang-ambing di dalam kapal yang melaju melintasi lautan. Cuaca siang itu sangat cerah, tak kuasa kulit kami terbakar matahari. Tujuan kami selepas dari Dermaga Canti tadi adalah Pulau Sebesi, pulau kecil berpenghuni terdekat dari Anak Krakatau. Pada awal perjalanan, saya memutuskan tidur di deck bawah karena memang saya mengantuk sekali. Kondisi di deck atas sangat panas karena tidak ada peneduhnya. Sudah lumrah memang karena kulit saya sangat alergi sekali dengan panasnya sinar matahari sehingga hanya sesekali saya naik ke deck atas hanya jika ingin melihat pemandangan dan mengistirahatkan telinga dari suara bising mesin. Bau solar di deck bawah sebenarnya juga sangat menusuk dan bikin tak betah tapi mau bagaimana lagi memang beginilah kondisinya.
Setelah dua jam lebih di perjalanan, kapal kami berhenti sebentar di sekitar Pulau Sebuku. Di perairan Pulau Sebuku ini, wisatawan biasanya melakukan snorkeling, begitu juga dengan kami. Akan tetapi, karena kami tidak membawa (baca: tidak mendapat persewaan) alat snorkeling, terpaksalah kami snorkeling tanpa alat. Mungkin lebih tepatnya disebut berenang di laut lepas. Saya sendiri urung melakukan hal ini.


Berenang bebas di laut
Perjalanan dari Sebuku menuju Sebesi bisa ditempuh selama 30 menit. Kedatangan kami di Pulau Sebesi langsung disambut oleh Bapak Hayun yang sebelumnya sudah saya hubungi untuk menyediakan akomodasi selama kami berada di sini. Perlu diketahui, Bapak Hayun merupakan orang kepercayaan Pemerintah Provinsi Lampung yang ditugasi untuk menyediakan akomodasi bagi para wisatawan yang melakukan perjalanan ke sini. Dari Beliau, kita bisa memesan penginapan, makanan, dan bahkan kapal serta alat snorkeling.


Pendaratan kapal di Dermaga Sebesi
Sedikit gambaran mengenai Pulau Sebesi. Pulau ini merupakan satu-satunya pulau berpenghuni dari sekian gugusan pulau yang berada di dekat Krakatau. Para wisatawan biasanya menginap di sini sebelum melanjutkan perjalanan ke Krakatau. Tidak heran, apabila warga di sini merelakan rumahnya untuk dijadikan homestay. Kondisi di pulau ini tidak jauh berbeda dengan perkampungan desa pada umumnya. Infrastruktur berupa jalan raya sudah tersedia. Selain itu, fasilitas berupa sekolah dan puskesmas juga bisa dijumpai di pulau ini. Hanya saja, ketersediaan listrik di pulau ini hanya bisa didapati waktu menjelang maghrib sampai tengah malam.

Pulau Sebesi dari dekat

Kondisi homestay



Suasana jalan di Pulau Sebesi

Perkampungan di Pulau Sebesi

Rasa lelah selama perjalanan di kapal tadi kami lampiaskan dengan beristirahat sambil menikmati kelapa muda yang dipadu dengan sejuknya sepoi-sepoi angin pantai. Setelah makan siang dan sholat dzuhur, perjalanan kami lanjutkan dengan island hopping dan beach exploring di Pulau Umang dan sekitaran Pulau Sebesi. Pulau Umang letaknya tak begitu jauh dengan Pulau Sebesi, pasir putih dan bebatuan karang menjadi ciri khas pulau yang ukurannya hampir sama dari lapangan bola ini.  Jernihnya air di sekitaran pulau ini juga menjadi nilai plus tersendiri.


Hendra, Arya, Papang, David, Suryo di Pulau Umang
Menjelang senja, kami mengeksplorasi sisi lain Pulau Sebesi. Salah satu obyek yang kami kunjungi adalah rumah pohon. Rumah ini bisa disewa dan  ditempati tetapi kondisinya kurang begitu terawat. Sebagai sajian terakhir di hari pertama kami di sini, terbenamnya matahari menjadi pelengkap indahnya perjalanan dan penutup senja hari itu. Pemandangan eloknya cakrawala ini kami dapati di tengah-tengah antara Pulau Sebuku dan Sebesi. Mungkin ini sunset terbaik yang pernah kami dapati  di atas kapal.


Rumah Pohon

Sunset di atas kapal
Ketika hari mulai beranjak gelap, kami kembali Ke Sebesi. Setelah mandi dan makan malam, praktis tak ada kegiatan yang kami lakukan. Ada dua homestay yang kami sewa sehingga kebersamaan kami agak sedikit terpisah malam itu. Apalagi malam itu saya memutuskan untuk tidur lebih awal mengingat esok pagi buta kami haru sudah bergegas lagi ke dalam kapal dan melanjutkan perjalanan menuju Anak Krakatau. 
Gelombang laut pagi itu cukup besar. Hampir selama dua jam kami terhempas oleh ganasnya lautan. Saya sendiri komat kamit baca doa di sepanjang perjalanan yang penuh memacu adrenalin itu. Bagaimana tidak seringkali kapal yang kami tumpangi miring ke kiri seolah-olah mau karam. Bahkan di deck depan, air sampai masuk ke dalam kapal. Pelayaran penuh mendebarkan itu akhirnya berakhir setelah kapal kami bersandar di Pulau Anak Krakatau. Hamparan pasir hitam yang katanya mengandung banyak bijih besi menjadi ciri khas tersendiri dari tepian pulau ini. Pagi itu, banyak kapal yang berlabuh. Suasana cukup ramai oleh kehadiran para wisatawan. Di antara dari mereka bahkan banyak yang mendirikan tenda di sekitaran tepi pantai. 


Pantai di Pulau Anak Krakatau, kapal berlabuh
Sunrise di Pantai  Krakatau

Untuk mendaki gunung ini, wisatawan  perlu mengurus izin terlebih dahulu. Maklum, tempat ini termasuk kawasan cagar alam. Biaya administrasi dan guide di sini sudah termasuk dengan biaya sewa kapal. Jadi tak perlu mengeluarkan uang lagi. Setelah proses izin selesai, kami kembali melanjutkan perjalanan yang menjadi intisari perjalanan ini, mendaki Gunung Anak Krakatau. Medan pendakian Gunung Anak Krakatau tak begitu sulit, maklum gunung ini hanya memiliki ketinggian 230mdlp dengan banyak hamparan pasir dan bebatuan. Pendaki tidak diperbolehkan mendaki sampai ke puncak mengingat tidak ada jalur yang bisa diakses untuk menuju ke sana. Overall, pemandangan yang ditawarkan oleh gunung ini cukup mengesankan.


Cagar Alam Krakatau


Pendakian ke Anak krakatau
Spot tertinggi di Anak Krakatau yang bisa dijangkau berupa puncak punggungan bukit. Di sini kami banyak mengambil gambar. Membuat pesan dan berfoto narsis. Ada kejadian sedikit unik di sini, karena saya bertemu dengan Yohan. Dia adalah kawan kami (rombongan Bintaro) sewaktu ke Pulau Seribu tahun lalu. Kebetulan dia sedang mangadakan trip bersama rekan-rekan kantornya.


Foto bersama Yohan (Army) di Krakatau

untitle


Foto sebelum turun
Sesaat setelah turun, kami sarapan sambil menyaksikan pemadangan bule berenang. Tak mau kalah @yanuarAU juga menjadi hiburan tersendiri bagi kami pagi itu. Setelah perut terisi, perjalanan kami lanjutkan ke Legoon Cabe untuk snorkeling. Saya dibuat terkesima akan pemadangan yang terdapat di antara Anak Krakatau dan Legoon Cabe. Dibandingkan dengan spot lainnya di sekitar gugusan kepulauan ini, Legoon Cabe menawarkan pemandangan bawah laut dan ikan yang lebih beraneka ragam. Sayangnya kami tak bisa lama-lama di sini karena hari sudah menjelang siang.


Perjalanan turun
Legoon Cabe
                Tiba di Pulau Sebesi, kami segera packing dan bergegas untuk pulang. Tak lupa, sebagai traveller beriman kami sholat terlebih dahulu setelah dapat jatah makan siang.  Lama perjalanan ketika kembali ke Dermaga Canti seolah menjadi lebih singkat kali ini. Cuaca juga cukup bersahabat dan tidak paans seperti waktu kami berangkat kemarin. Dengan menggunakan angkot yang sama seperti yang telah kami pesan kemarin, kami langsung menuju Pelabuhan Bakauheuni untuk menaiki Fery yang akan membawa kami kembali ke Pulau Jawa.

                Di Terminal Merak, rombongan Bintaro dan Rawamangun terpisah karena kami menggunakan bus yang berbeda jurusan. Sedikit berbeda dengan kereta yang kami gunakan sewaktu berangkat, perjalanan menggunakan bus ternyata membutuhkan waktu yang lebih singkat. Namun tetap saja, kami tiba di Bintaro sudah larut pagi. Dan hampir semua estimasi waktu yang kami perkirakan meleset dari tujuan yang ada di itinerary kami.

Pelaksanaan Itinerary
Hari I (Jumat, 6 September)
-          22.00                     : Meeting Point di Stasiun Tanah Abang
-          22.30                     : Berangkat ke Pelabuhan Merak
Hari II (Sabtu, 7 September)
-          02.00                     : Tiba di Pelabuhan Merak
-          02.30                     : Menyeberang ke Pelabuhan Bakauheuni
-          06.00                     :Tiba di Pelabuhan Bakauheuni
-          06.30                     : Perjalanan ke Dermaga Canti
-          08.00                     : Tiba di Dermaga Canti, sarapan
-          09.00                     : Perjalanan ke Pulau Sebesi
-          11.30                     : Snorkeling di Sebuku
-          12.30                     : Tiba di Pulau Sebesi, Ishoma, Check in homestay
-          15.00                     : Island hopping dan beach exploring di Umang-umang dan Sebesi
-          17.30                     : Sunset di tengah laut
-          18.00                     : Kembali ke Pulau Sebesi
-          19.00                     : Istirahat
Hari III (Minggu, 8 September)
-          03.30                     : Bersiap menuju Krakatau
-          06.00                     : Eksplore Anak Krakatau
-          09.00                     : Snorkeling di Lagoon Cabe
-          11.00                     : Kembali ke Pulau Sebesi
-          12.30 – 15.00      : Ishoma, Packing, Sarapan, kembali ke Dermaga Canti
-          17.30                     : Tiba di Dermaga Canti, kembali ke Pelabuhan Bakauheuni
-          19.00                     : Penyeberangan ke Pelabuhan Merak
-          22.00                     : Tiba di Pelabuhan Merak
-          23.00                     : Perjalanan ke Jakarta
-          03.00                     : Tiba di Bintaro

Rincian Biaya
-          KA Krakatau Tanah Abang – Merak                          30k
-          Kapal fery Merak – Bakauheuni PP                          24k
-          Upgrade kapal ke kelas                 eksekutif PP                       20k
-          Angkot Bakauheuni – Dermaga Canti PP                                340k
-          Sewa Kapal                                                                         3,5d
-          Sewa 2 Homestay                                                            400k
-          Makan @15k x 5                                                               75k
-          Bus Merak – Jakarta                                                       23k

Tips n Trick
-          Ketersediaan alat snorkeling di Pulau Sebesi sangat terbatas, kondisinya pun sudah banyak yang rusak, sehingga perlu membawa alat snorkeling sendiri dari Jakarta. Tarif yang dibebankan untuk alat snorkeling di Pulau Sebesi berdasarkan item, yaitu berupa life jacket, snorkel, dan fin, masing-masing alat dibanderol 20k. Hal ini sangat berbeda sistem persewaannya dibandingkan yang ada di Kep. Seribu yang memasang tarif 30-35k per hari.
-          Untuk Kapal yang dipakai buat eksplore di sekitar kawasan Pulau Sebesi dan Krakatau alangkah lebih bijak dipesan jauh-jauh hari terlebih dahulu. Hal ini untuk mencegah perjalanan ke Dermaga Canti menjadi tidak sia-sia mengingat terkadang kalau sedang ramai oleh wisatawan, kapal biasanya habis terpesan.

CP:
Bapak Chandra 081369686243 (Sewa Kapal)
Bapak Hayun 081369923312 (Homestay dan akomodasi)               

Video Perjalanan


4 komentar:

  1. semangat bro, wisuda hanya gerbang awal untuk melanjutkan karir

    BalasHapus
  2. Kebetulan saya staners 2014 kak, salam kenal. Semoga bisa segera menyusul menginjakkan kaki di anak krakatau

    BalasHapus